Sabtu, 24 Maret 2012

Make a Wish.....

My Lord,,,
Clean
my heart from hatred imaginable in the bottom of my heart to anyone,
Help me
be strong to forget all these burning hearts
open
my mind and my heart so peacefully as the sun early in the morning of Day, Amin.

life isn't about waiting for the storm to pass, it's about learning to dance in the rain....."

Kamis, 22 Maret 2012

WHO AM I....?

SIAPAKAH SAYA??
Begitu pertanyaan yang muncul ketika identifikasi diri kita masing-masing, berikut coba dijelaskan di kategori manakah sebenarnya kita berada??
Spranger menggolongkan manusia kedalam enam tipe. Tipe-tipe ini termasuk tipe-tipe pokok atau tipe-tipe ideal. Melalului tipe-tipe tersebut orang dengan cepat menempatkan individu-individu yang dihadapinya paling dekat ke golongan atau tipe yang mana.
Tipologi Spranger merupakan pembagian tipe manusia berdasarkan kebudayaan. Tipe-tipe manusia menurut Spranger adalah sebagai berikut:

No
Nilai kebudayaan yang dominan
Tipe
Tingkah laku dasar
1
Ilmu pengetahuan
Manusia Teori
Berpikir
2
Ekonomi
Manusia ekonomi
Bekerja
3
Kesenian
Manusia estetis
Menikmati keindahan
4
Keagamaan
Manusia Agama
Memuja/beribadah
5
Kemasyarakatan
Manusia Sosial
Berbakti/Berkorban
6
Politik/Kenegeraan
Manusia Kuasa
Ingin memerintah

Penjelasan keenam tipe kepribadian manusia menurut Spranger itu adalah sebagai berikut:
Manusia Teori
Tipe manusia ini merupakan intelektual sejati, manusia ilmu, dan tujuan perbuatannya ingin mencapai kebenaran dan hakekat dari benda-benda. Manusia tipe ini menmpatkan peranan dominan dari kognisi/berpikir sebagai dasar dalam melakukan aktivitasnya.
Beberapa cirri manusia berdasrkan tipe ini pendiriannya yang relative objektif terhadap segala sesuatu, gandrung mempelajari ilmu pengetahuan, logis, dan selalu mencari kebenaran, memiliki pengertian yang jelas, serta membenci sebagai bentuk kekaburan, kurang memperhatiakn segi estetik, kurang menghargai materi sebagai kenyataan. Perhatian terhadap kehidupan sosial tidak besar, kurang memiliki dorongan untk berkuasa. Orang dengan tipe ini tidak mudah memancing kecemburuan sosial karena tidak mementingkan materi dalam hidup. Apabila orang dengan tipe ini menjadi ahli dalam ilmu sosial, maka padangannya lebih objektif dan tidak memihak meskipun terhadap golongan sendiri.
Manusia Ekonomi
Manusia tipe ini mempunyai perhatian yang mengarah kepada kegunaan sesuatu hal, sehingga orang dengan tipe ini selalu kaya dengan gagasan-gagasan praktis, menilai sesuatu darisegi kegunaan serta nilai ekonominya. Prinsip utility banyak mendasari tindakan orang-orang denga tipe ini. kegunaan dari sesuatu merupakan tujuan tingkah lakunya dengan harapan memunyai kegunaan ekonomi bagi dirinya sendiri.
Dalam bentuknya yang ekstrim mereka dapat juga kikir atau sebaliknya dapat juga sangat boros. Orang denga tipe ekonomik sangat mendasarkan kepada keuntungan secara materi yang telah diperoleh.
Manusia Estetik
Manusia tipe ini menghayati kehidupan seakan-akan tidak sebagai pemain tetapi sebagai penonton. Orang dengan tipe ini menghayati dengan dua cara yaitu impresiomatik yang pasif dan ekspresiomatik yang aktif mewarnai kesan yang diterima dengan subjek aktivitasnya.
Manusia tipe ini mempunyai kecenderungan indvidualisme. Manusia tipe ini kurang bisa menghadapi tuntutan praktis dalam kehidupannya dan lebih mementingkan keindahan.
Manusia Sosial
Hal yang menonjol pada manusia tipe ini adalah besarnya kebutuhan akan resonansi dari sesame manusia untuk hidup bersama dengan orang lain dan mengabdikan diri untuk kepentingan bersama.
Cinta terhadap sesame baik secara individu maupun secara sosial, inilah nilai tertinggi yang mendasari pandangannya.
Manusia Politik
Dorongan yang ada pada orang dalam tipe ini adalah mengejar kekuasaan dan berkuasa atas manusia lainnya. Orang lain bagi manusia tipe ini hanyalah sebagai objek kekuasaan.
Perwujudan dari sikap politik ini bisa berupa keinginan untuk lepas dari kekuasaan orang lain, bebas dari paksaan dan tuntutan otoritas. Seringkali bisa terjadi manipulasi keadaan demi suatu tujuan politik yang terselubung. Hal ini sering menyulitkan untuk membedakan suatu tingkah laku apakah didasari oleh nilai sosial atau nilai politik.

                                                        (berdasarkan pesanan.....)


Manusia Religius
Nilai yang paling tinggi pada manusia tipe ini adalah pencarian terhadap nilai tertinggi daripada kebendaan hidup didunia. Pandangan mereka bahwa dirinya hanyalah bagian kecil dari suatu totalitas yang lebih besar.
Pencarian keselarahan bagi kehidupan rohaniah antara pengalaman batin dengan arti hidup dan mencari kausa prima adalah dasar perilakunya.
Keenam nilai diatas merupakan suatu profil manusia yang dimiliki oleh seorang individu dan nilai tersebut akan  memberi cirri atau karakteristik tertentu pada kepribadian individu yang berbeda dengan individu lainnya.Namun berada dimanapun karakteristik kita, tetaplah harus disyukuri.......

Referensi:
Spranger. E. 1928. The Tipe on Man The Psychology and Etnich of Personality. Max Niemeyer Verlg, Hall (saale).
Allport. 1970. Manual Study of Values. Boston: Houghton Mifflin Ocmpany
Sarwono, S.W. 1999. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka
Suryabrata. 1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Selasa, 20 Maret 2012

Just a Lesson .....

No matter how bad your heart has been broken, the world doesn’t stop for your grief. The sun comes right back up the next day.... God always give the best 4 me,just trying to believe in....


Sabtu, 17 Maret 2012

Ciri Film Berkualitas Berbagai Sudut

Tulisan ini ditulis sekadar sebagai wujud "KePRIHATINAN" terutama terhadap kaum yang  semakin banyak menjadi korban sebagai penikmat tontonan picisan yang sekadar mengumbar kebohongan dan tujuan finansial semata. Semoga bermanfaat.....



Kita akui, tayangan televisi akhir-akhir ini cenderung kurang selektif. Tayangan pada jam jam utama (prime time) sering menyajikan sinetron yang mengangkat cerita kurang bermutu seperti roman picisan, intrik-intrik rumah tangga kelas atas, kisah horor, komidi yang sedikit "syur" dan sejenisnya. Sedangkan porsi tayangan sinetron yang secara spesial mengangkat dunia anak-anak sering kali berisi adegan jorok, latah dan mengandung unsur kekerasan.

Bisa dikatakan, televisi nasional belum mengakomodasi terhadap aneka kebutuhan dan keinginan anak-anak secara sungguh-sungguh. Anak-anak seakan dilupakan. Porsi paket acara yang dikonsumsikan untuk mereka seperti acara permainan, pentas lagu-lagu anak-anak, kuis, cerdas cermat dan acara-acara lain yang bersifat mendidik sudah langka, untuk tidak dikatakan sudah menghilang.
Minimnya komitmen pendidikan pertelevisian nasional sudah sepatutnya menyadarkan para pengelola televisi. Dari sini akan lahir langkah konkret dalam memperbaiki kualitas tayangan televisi sebagai bagian dari upaya pendidikan moral bangsa. 

Upaya memperbaiki kualitas tayangan televisi dirasakan semakin mendesak dilakukan. Alasannya, kualitas moral bangsa saat ini sedang terpuruk yang ditandai oleh tingginya pelaku KKN, kriminalitas dan tindakan pelanggaran moral lainnya. Di pihak lain, peran lembaga keluarga dan lembaga pendidikan dalam mendidik moralitas anak- anak dan remaja semakin merosot. Dalam kondisi demikian, akan sangat kontra-produktif jika menu tayangan televisi yang disaksikan anak-anak dan remaja bermuatan pornografi.

Oleh karena itu, sudah saatnya pengelola televisi mengkaji ulang berbagai sajian yang ingin ditayangkan. Harapannya, mereka bisa menyajikan beraneka acara yang sarat dengan pesan-pesan positifedukatif. Sebaliknya mengurangi tayangan sinetron yang kurang memupuk pendidikan budi pekerti.
Dalam perspektif kesenian, tayangan sinetron merupakan hasil rekaaan sang sutradara yang isinya tidak mesti meliput realitas empiris dari pergaulan remaja kita sehari-hari. Meskipun demikian, sinetron akan memberi dampak psikologis bagi para penontonnya jika ia ditayangkan oleh sebuah media publik seperti televisi. Ia akan berdampak positif bagi pemupukan moralitas anak-anak dan remaja jika isinya mengandung ajakan berbudi pekerti luhur, bekerja keras, ulet, giat belajar, berdisiplin dan sejenisnya.


Pantauan Efek Film

Film Indonesia sungguh luar biasa jumlahnya sudah membludak artinya sangat banyak sampai-sampai tidak terhitung dalam artian dari tahun ke tahun jumlahnya semakin bertambah. Baik itu Film Layar LebarFilm Televisi (FTV), Film Dokumenter, Sinetron, Film Animasi/Kartun, dan lain sebagainya. Itu menunjukkan bahwa Perfilman Indonesia cukup sukses dalam memproduksi ini dinilainya sebagai nilai kuantitas, bukan hanya pergelaran seni memperkenalkan dunia perfilman semakin tumbuh meningkat dengan adanya sarana Fakultas jurusan Perfilman, teater atau drama itu muncul sebagai penanaman keahlian di bidang perfilman. Banyak hal lain lagi sebetulnya yang memunculkan bakat-bakat pada bidang perfilman.

Televisi diyakini mempunyai pengaruh yang sangat kuat karena mampu memadukan kekuatan audio dan visual sehingga orang dapat melihat dan mendengar secara utuh dan menjadi lebih percaya. Apa yang tampak di televisi dianggap sebagai realitas bermakna. Beberapa ahli menunjukkan adanya potensi imitasi atau peniruan sebagai efek segera yang sering muncul di masyarakat atas tayangan kekerasan di televisi. Sedangkan efek jangka panjang adalah berupa habituation, yaitu orang menjadi terbiasa melakukan apa yang dilihatnya di televisi. Akibatnya orang menjadi tidak peka, permisif, dan toleran terhadap kekerasan itu sendiri. Wirodono (2005) menyorot televisi karena mempunyai pengaruh buruk, terutama terhadap anak-anak. Wirodono mengutip data penelitian di Amerika bahwa anak di bawah dua tahun yang dibiarkan orangtuanya menonton televisi bisa mengakibatkan proses wiring, yaitu proses penyambungan antara sel-sel saraf dalam otak menjadi tidak sempurna. Padahal anak-anak yang menonton televisi tidak selalu mempunyai pengalaman empiris sehingga gambar televisi mengekspolitasi kerja otak anak-anak karena virtualisasi televisi yang meloncat-loncat sehingga mengganggu konsentrasi mereka. Begitu besarnya pengaruh TV terhadap anak-anak, sampai-sampai pendiri organisasi Action for Children Television, Peggy Chairen (Kristanto, 2008), memperingatkan bahwa tidak banyak hal lain dalam kebudayaan kita yang mampu menandingi kemampuan TV yang luar biasa untuk menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta perilaku mereka. Garin Nugroho (2005) menyebutkan bahwa televisi adalah refleksi ekosistem kehidupan suatu bangsa. Besarnya pengaruh itu, kata psikolog UI Prof Dr Fawzia Aswin Hadis (Republika, 5/6/2005), karena anak-anak memang berada pada fase meniru. Anak-anak adalah imitator ulung, dan karena itu akan cenderung meniru adegan yang ditonton di TV.

Masalahnya adalah sejauhmana dampak tayangan televisi tersebut berpengaruh terhadap terhadap perilaku masyarakat khususnya anak-anak. Untuk membuktikan kebenaran ini memang relatif sulit, karena perilaku anak (remaja) anak sangatlah komplek dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Hasil studi yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 1972 dikeluarkan laporan berjudulTelevision and Growing Up; The Impact of Televised Violence (dalam Dedi Supriadi, 1997) menunjukan gambaran bahwa korelasi antara tayangan tindakan kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pemirsa yang umumnya anak muda ditemukan taraf signifikansinya hanya 0,20 sampai 0,30. Tingkat signifikansi sangat rendah ini tidak cukup menjadi dasar untuk menarik kesimpulan yang meyakinkan mengenai adanya hubungan langsung antara keduanya. Ini berarti tayangan tindakan kekerasan bisa saja berpengaruh terhadap sebagian penonton dan dapat juga netral atau tidak mempunyai pengaruh sekalipun.

Barangkali, masalahnya tidak mengkhawatirkan jika yang ditiru adalah adegan dan perilaku yang positif. Tapi, kenyataannya, justru bukan perilaku positif yang menarik bagi anak-anak dan menebar di layar TV. Penelitian Sri Andayani & Suranto (1997) terhadap film-film kartun Jepang Sailor Moon, Dragon Ball dan Magic Knight Ray Earth menunjukkan lebih banyak adegan anti sosial ketimbang adegan pro sosial (58,4% : 41,6%). Temuan diperkuat oleh studi YKAI yang mendapati adegan anti sosial lebih dominan (63,51 %). Bahkan adegan-adegan anti sosial pula yang banyak didapati pada film-film kartun anak-anak yang sedang populer saat ini, seperti Sponge Bob Square Pans dan Crayon Sincan.

Hal ini diperparah dengan adanya persaingan di antara stasiun televisi kini semakin ketat sehingga mereka bersaing menyajikan acara-acara yang digemari penonton, bahkan tanpa memerhatikan dampak negatif dari tayangan tersebut. Padahal penonton televisi sangatlah beragam, di sana terdapat anak-anak dan remaja yang relatif masih mudah terpengaruh dan dipengaruhi. Sementara itu para orang tua terus sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tanpa memperdulikan kondisi yang tengah terjadi antara televisi dan anak-anaknya sehingga banyak muncul cerita sinetron kita yang tidak menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat kita (Tini Hadad, 1997).

Film sendiri itu punya nilai negatif dan positif yang bisa timbulkannya sebagai efek yang tanpa disadari oleh pemirsa/penontonnya. Jangan beranggapan itu hanya film sebatas hiburan, dan efeknya tidak ada, teori yang salah sebab dari hasil analisa Adamssein efek pada sebuah film lebih berbahaya sebagai sugesti tidak langsung sebab bisa ditanamkan ke dalam bawah sadar pemirsa/penontonnya artinya pengaruh baik buruknya tanpa disadari sudah melekat pada kejiwaan individu hal inilah yang perlu digarisbawahi jika menonton film baik buruknya itu ada tentu hal ini harus mengerti setidaknya tentang nilai baik buruk sesuatu agar bisa membedakan dan memilih dengan cerdik sebab baik buruknya film yang ditonton akan kembali efeknya ke orang yang menontonnya. Sepenuhnya, yang bertanggungjawab atas segala sesuatu adalah kita sendiri, kita tidak bisa menyalahkan orang lain, tidak ada yang mau menanggung dosa kita, sebab kebanyakan film-film yang dihasilkan itu lebih menitikberatkan pada kuantitasnya bukan pada kualitasnya.

Contoh Kasus:
Sering Nonton Film Porno, Bocah SD Perkosa Tetangga. LUMAJANG - Akibat sering nonton film porno, seorang bocah sekolah dasar di Lumajang, Jawa Timur, memperkosa anak sebayanya yang mengalami keterbelakangan mental. Parahnya, bocah yang diperkosa saat ini tengah hamil 6 bulan. W (12) tahun, bocah yang masih duduk di bangku kelas enam SD Sumber Wuluh Negeri 05, Kecamatan Candipuro, hanya bisa diam saat dibawa ke Mapolres Lumajang. Dia diperiksa atas dugaan pemerkosaan terhadap EA (15), yang tak lain tetangganya sendiri. Di hadapan polisi, W mengakui kalau dia yang telah memperkosa sebanyak tujuh kali di rumah korban. Saat itu kondisi rumah korban sepi. W mengaku nekat melakukan aksi bejatnya karena pengaruh sering melihat film porno. Di ruang unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) korban yang hanya menamatkan sekolah hingga kelas 4 SD ini, mengaku jika yang menghamili dirinya adalah W. Kapolres Lumajang AKBP Tejo Wijanarko, dalam keteranganya menjelaskan, terungkapnya kasus pemerkosaan ini bermula dari kecurigaan keluarga yang mendapati adanya perubahan sikap dan perut korban. W saat ini masih dalam pemeriksaan Polres Lumajang.
(Cucuk Donartono/RCTI/ton dikutip dari: http://hileud.com/hileudnews?title=Sering+Nonton+Film+Porno,+Bocah+SD+Perkosa+Tetangga&id=551708).

Hobi Nonton Film Porno, Pedagang Gauli Siswi SD. Tuban - Gara-gara hobi nonton film porno, Ahmad Budianto (35) asal Soko, Kabupaten Tuban, harus mendekam di Polres Tuban. Bapak dua anak ini tega mencabuli bocah bau kencur, Haeny (6) setelah nonton blue film dari HP-nya, Kamis (13/1/2011). Informasi yang dihimpun menyebutkan, perbuatan tak senonoh dilakukan Budianto, setelah pulang dari pasar berjualan mainan. Seperti kebiasaan sehari-hari dia lantas melihat BF dari HP. Bersamaan itu Haeny yang masih kelas 1 SD bermain di depan rumahnya. Mendengar ada suara anak perempuan bermain di depan rumah, dia langsung mematikan film dari HP-nya. Ia pun langsung memanggil sang bocah malang itu. Dengan iming-iming akan diberi mainan, sang bocah menurut diajak masuk ke kamar. Setelah itu, terjadilah perbuatan layaknya adegan suami istri. Usai kejadian sang bocah pulang. Tak lama kemudian menceritakan kejadian yang menimpa kepada orangtuanya. Dengan hati berang memendam amarah, keluarga Haeny mencari Budianto. Sayangnya ia telah kabur dari rumah. Selanjutnya tragedi itu dilaporkan ke Polsek Soko. Polisi langsung melakukan pengejaran terhadap Budiono. Budiono pun akhirnya ditangkap saat bersembunyi di rumahnya. Kepada petugas yang memeriksanya, Budianto mengakui perbuatannya. Dia akui pula jika perbuatan tak senonoh itu terpaksa dilakukan setelah melihat film porno dari HP. Secara terpisah, Kasubbag Humas Polres Tuban AKP Noersento menyatakan, sebelumnya tersangka sempat sembunyi namun berhasil tertangkap petugas. "Tersangka kini diamankan di Mapolres Tuban dengan dijerat pasal 82 UU perlindungan anak nomor 23 tahun 2002. Ancaman hukumannya maksimal 15 tahun penjara,"kata Nursento, di Mapolres Tuban Jalan Wahidin Sudirohusodo-Tuban. (TB Utama – detik Surabaya dikutip dari http://hileud.com/hileudnews?title=Hobi+Nonton+Film+Porno,+Pedagang+Gauli+Siswi+SD&id=510850)

Dokter spesialis kejiwaan RS Theria, Asianto mengatakan, tontonan seperti film kekerasan dan film porno sangat mempengaruhi perkembangan psikologi anak. “Apa yang mereka lihat dari tontonan itu terekam dan sewaktu-waktu mereka praktikkan seperti yang mereka lihat dalam adegan film itu. Dan ini sangat berbahaya bagi si anak itu sendiri karena bisa terjerumus dalam pergaulan yang salah,” terangnya kepada Jambi Independent (20/11/2008).

Terdapat beberapa undang-undang yang mengatur penyiaran yaitu pada P3/SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran) yang dikeluarkan oleh KPI. Beberapa pasal yang berhubungan dengan siaran yang bersifat kekerasan yang berdampak pada anak adalah pasal 32 ayat 1 dan pasal 35. Pasal 32 ayat 1 berisikan tentang program yang mengndung muatan kekerasan secara dominan, atau mengandung kekerasan eksplisit dan vulgar, hanya disiarkaan pada jam tayang di mana anak-nak pada umumnya diperkirakan sudah tidak menonton televisi, yakni pukul 22.00-03.00. Sedangkan isi pasal 35 adalah dalam program anak-anak, kekerasan tidak boleh tampil secara berlebihan dan tidak boleh tercipta kesan bahwa kekerasan adalah lazim dilakukan dan tidak memiliki akibat serius bagi pelakunya (Komisi Penyiaran Indonesia dalam Mufid, 2005).

Adanya undang-undang dari KPI tersebut ternyata tidak berpengaruh terhadap penayangan film kartun yang mengandung kekerasan. Tayangan tersebut masih bebas ditayangkan. Hal ini memeperkuat teori freud bahwa hanya orang tua yang sangat berperan untuk membentuk dan mengendalikan moral anaknya dengan cara mendampinginya pada saat menonton tayangan tersebut.

Pantaslah saja, ada istilah sensor dalam dunia perfilman, berfungsi untuk menghilangkan sesuatu yang tak layak didengarkan atau ditonton oleh pemirsa sesuai norma susila, norma adat, norma agama, norma lainnya pada dasarnya semua itu Produser Film sendiri lebih mengembalikan artinya lepas tangan terhadap efek yang timbulkan oleh filmnya tersebut seringkali hanya memikirkan keuntungan-keuntungan (rating, nilai ekonomis, dan jasa memberi hiburan) itulah yang dipikirnya sehingga dalam kualitas terabaikan akhirnya efek buruk yang tidak terkendali akan menuju pada pemirsanya. Sudahlah jelas, pemirsa/penontonlah yang harus pintar-pintar memilih film yang ditayangkan oleh televisi ataupun film yang ada di dunia maya (internet), jika tidak efek yang timbul menjadi tanggungjawab pemirsa masing-masing sangat disayangkan bukan tapi itulah kenyataan yang harus diterima. Cobalah teman-teman perhatikan, Firman Allah ini:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
(QS. Al Israa' (17): 36)

Ciri Film Berkualitas dan Tidak Berkualitas
Nah, yang menjadi pertanyaan sekarang, Ciri Film Berkualitas Berbagai Sudut itu bagaimana?
Menurut Drs. A. Sutrisna Sobandi, MM (Aktris yang mengiklani Axis dibulan puasa Ramadhan 2010 sekaligus dosen di STKIP PGRI Sukabumi), beliau mengatakan: Pertama, Kualitas Film itu dilihat dari Esensi (Misalnya: dilihat dari latar belakang cerita, misi visi film yang dibuat, sutradara, lokasi syuting dimana, pemain utama dan pemain pembantunya siapa jika pemain berkualitas, dan semua hal itu berkualitas maka film itu bisa disebut berkualitas). Kedua, dilihat dari Nilai Jual (Ekonomi) ditentukan di pasaran sering diputar di bioskop-bioskop dan jumlah penonton banyak barulah dikatakan film itu berkualitas, tapi perlu diingat film yang bernilai jual tinggi belum tentu berkualitas secara esensi. Bisa saja film yang berbau mistik dan porno lebih laris di pasaran tapi film yang berbau religius tidak laku di pasaran. Malah film yang berkualitas itu film yang secara esensi (keberadaannya) memang mempunyai dampak positif bagi penontonnya.
Sedang penulis menyimpulkan lebih baik menilai secara esensi film apa yang digarap. Sesuatu yang berkualitas itu memiliki nilai-nilai tersendiri. Nilai yang dimaksud disini itu antaranya: (1) Nilai Kemanusiaan, (2) Nilai Keagamaan, (3) Nilai Persahabatan, (4) Nilai Pendidikan (Edukasi), (5) Nilai Pengalaman.
Film yang tidak berkualitas, diantaranya:
Nilai Seksual, Nilai Hiburan, Nilai Gaya Hidup, dan Nilai Romantika.
Film-film tersebut harus dianalisa terlebih dahulu disebabkan mengandung dua sisi negatif dan positif, kurang penyensoran yang pada akhirnya pemirsa harus lebih selektif dalam menonton sebab bisa menjadi tanggungjawab pribadi masing-masing dengan efek yang ditimbulkannya, sedang efek disini juga meliputi baik buruknya, tinggal pilih mana yang baik maka jadikan pembelajaran, sedang yang mana yang buruknya harus dihindari dan ditinggalkan agar tidak mempengaruhi perilaku dan moral kita. Sebab hal yang berbahaya itu adalah perihal yang tanpa disadari namun kekuatan efeknya bisa merasuki sifat dan kepribadian. Berhati-hatilah!
Selanjutnya, kita akan bahas satu persatu untuk mengkajinya lebih dalam agar benar-benar paham, biar tidak ada kesimpangsiuran makna ataupun salah penafsiran untuk itu kita simak dengan seksama.
Film Nilai Kemanusiaan
          Film Nilai Kemanusiaan mempunyai arti: Film yang berisikan sifat menolong terhadap sesama, meringankan beban derita orang lain, kerja sama ataupun bergotong royong dalam menjalankan pekerjaan berat, dan lain sebagainya.
           Contoh Acara Filmnya:
          Pengabdian yang ditayangkan TransTV, Bedah Rumah yang ditayangkan RCTI, Jika Aku Menjadi yang ditayangkan TransTV, dan lain sebagainya.

Film Nilai Keagamaan
          Film Nilai Keagamaan mempunyai arti: Film yang berisikan pesan nilai keagamaan berupa tausiyah, renungan, ceramah, diskusi tanya jawab persoalan tentang agama Islam, dan hal lainnya.
          Contoh Acara Filmnya:
          Mamah Dedeh dan Aa yang ditayangkan Indosiar, Islam itu Indah yang ditayangkan TransTV, Pengajian H. Yusuf Mansur dan KH. Arifin Ilham yang ditayangkan MNCTV, Islam KTP yang ditayangkan SCTV.
Film Nilai Persahabatan
          Film Nilai Persahabatan mempunyai arti: Film yang menampilkan nilai persahabatan seperti; solidaritas (kesetiakawanan), persamaan hak, dan sebagainya.
          Contoh Acara Filmnya:
          Arti Sahabat yang ditayangkan Indosiar.
Film Nilai Pendidikan (Edukasi)
         Film yang menampilkan resiko mengendara mengebut dan mengalami kecelakaan kemudian ada pengarahan seorang yang menjelaskan tentang Undang-Undang Tata Tertib Lalu Lintas.
Film Nilai Pengalaman
         Film yang memberi pengalaman bagi presenternya yang menjadi pengetahuan bagi penontonnya, misalnya: Petualangan Panji di GlobalTV, Pepy The Explorer di TransTV,  Pengabdian di TransTV, dan masih banyak lagi.
Film Nilai Seksual
Film Nilai Seksual mempunyai arti: Film yang menampilkan adegan atau aktifitas seksual kelas ringan (ciuman, gandengan tangan, berpelukan) atau kelas berat (terjadinya hubungan intim antar alat kelamin). Biasanya, Seksualitas ini menjadi bumbu bagi film-film yang dipasaran kurang bersahabat seringkali menonjolkan hal-hal terlarang untuk membuat laku film tersebut. Biasanya Film Samurai dari Jepang, atau Film Horor produksi Indonesia, ataupun Produksi Asing.
  
          Contoh Acara Filmnya:
          Film Red The Dragon didalamnya terdapat aksi samurai bersifat menampilkan kekerasan, sayangnya di menit-menit tertentu ada aktifitas yang dilihatkan hal ini jadi bumbu penyedap, sayangnya tidaklah mendidik malah sebaliknya penjajahan nilai moral dan nilai susila.

Film Nilai Hiburan (Entertaiment)
          Film Nilai Hiburan (Entertaiment) mempunyai arti: Film yang memiliki daya menghibur memberi alternatif untuk menghilangkan kejenuhan dan meredakan sejumlah permasalahan dengan tertawa atau hanya cukup dengan senyum. Umumnya: Film Kartun dan Film Komedi.
          Contoh Acara Filmnya:
          Sketsa yang ditayangkan TransTV (sayangnya dipandang dari segi lain: tidaklah mendidik,  sebab melakukan perbuatan mustahil yang kerapkali dilakukan sebagai contoh: loh kok mandi di dalam bis, loh kok masak nasi sampai-sampai kompornya dibawa ke kasur saking malasnya berpikir, dan sebagainya, jika ini terjadi di dunia nyata sungguh tidaklah positif, pemain-pemain dalam film tersebut pastinya melakukan semua itu atas tuntutan skenario tidaklah mungkin dibawa ke pribadi dunia nyatanya). Polisi 86 yang ditayangkan TransTV, Opera Van Java yang ditayangkan Trans7, SpongeBob yang ditayangkan GlobalTV, Doraemon yang ditayangkan RCTI, dan masih banyak lagi tanpa disadari hal itu bisa contoh baik atau buruk tergantung pada acara hiburan yang ditampilkan.

Film Nilai Gaya Hidup
         Film yang berisi gaya hidup, jalan yang dipilih oleh seseorang dalam menceritakan kebiasaan kehidupan sehari-hari seringkali glamour (bermewah-mewahan).
         Contohnya: Film yang ada di lokasi diskotik dengan clubbing, wanita-wanita berbusana minim ke atas atau minim ke bawah tergantung yang ditampilkannya. Pesta-pesta bergaul bebas antara cewek dan cowok. Memakai barang-barang mahal kemudian menunjukkannya pada orang yang melihatnya ini pengaruh dari film semacam itu.

Film Nilai Romantika
         Film yang berisi percintaan seringkali picisan, hanya menampilkan busana minim, pacaran sebelum menikah, dan hal lainnya. Malah seakan-akan pacaran itu jadi budaya modern, nyaris anak kawula muda pun terhipnotis oleh pengaruhnya mengganggap jomblo itu tidak laku dan sebagainya, padahal pacaran itu belum tentu jodohnya pasti ada perpisahannya disebabkan belum ada kesadaran tanggungjawabnya, disinilah pacaran jadi budaya dan perlu untuk diluruskan.

Kesimpulan:
           
Televisi diyakini mempunyai pengaruh yang sangat kuat karena mampu memadukan kekuatan audio dan visual sehingga orang dapat melihat dan mendengar secara utuh dan menjadi lebih percaya. Apa yang tampak di televisi dianggap sebagai realitas bermakna. Beberapa ahli menunjukkan adanya potensi imitasi atau peniruan sebagai efek segera yang sering muncul di masyarakat atas tayangan kekerasan di televisi. Sedangkan efek jangka panjang adalah berupa habituation, yaitu orang menjadi terbiasa melakukan apa yang dilihatnya di televisi. Akibatnya orang menjadi tidak peka, permisif, dan toleran terhadap kekerasan itu sendiri.

Ya, memang dari apa yang dilihat dan didengar yang ditayangkan oleh televisi itu bisa menjadi contoh perilaku yang kerapkali ditiru oleh pemirsa/penontonnya tanpa disadari hal itu, jadi pemain film itu punya tanggungjawab moral kepada perihal yang diikuti. Sebab banyaknya, pemirsa itu mengikuti atau meniru hal-hal yang bersifat negatif malah film itu dijadikan pembenaran dalam berbuat aneh,  keonaran, dan hal lainnya. Padahal seharusnya yang perlu ditiru itu positifnya, sayangnya individu pemirsa itu kurang memahami nilai-nilai film berkualitas itu seperti apa. Tidak semua nilai dalam film berkualitas, diantaranya yang tidak berkualitas hanya mementingkan nilai kuantitas: Film Nilai Seksual, Film Nilai Hiburan, Film Nilai Gaya Hidup, Film Nilai Romantika, film-film tersebut perlu dianalisa lebih lanjut sebab masih mengandung pula nilai negatif sehingga harus adanya dasar ilmu kejiwaan untuk menganalisa film-film tersebut.

Film mana yang buruk dan baik secara psikologis (kejiwaan) haruslah jadi patokan dalam mengukur kualitas sebuah film yang ada ataupun film yang dihasilkan, sebab jika menyimpang atau berlawanan dengan ilmu kejiwaan pastinya dampak negatif film bisa jadi tidak terbendung akhirnya mempengaruhi pola pikir dan pola tindak seseorang. Sebab efek film itu menjadi bahan tiruan dalam berpikir maupun bertindak jika tontonan itu dikatakan negatif tetap saja ditonton akhirnya sifat negatif pada pemain film tersebut akan menular tanpa disadari. Disitulah, perlunya pengawasan orangtua maka Film pun ada label BO (Bimbingan OrangTua), R (Remaja), D (Dewasa), kalau label Dewasa itu yang bertanggungjawab adalah pemirsa dirinya sendiri sebab potensi film dipenuhi kekerasan, konflik internal dan eksternal cenderung didramatisir.
Film yang ditonton biasanya akan dibayang-bayangkan terlebih dahulu bagaimana jika saya menjadi dia dalam film itu atau ini, pada akhirnya jika bayangan itu negatif akan sangat berbahaya, misalnya menonton Porno seakan-akan dibayangkan jadi pemainnya, setelah rasa penasaran menguasai dirinya pasti akan mencoba adegan yang ada dalam film porno tersebut dengan maksud ingin menikmati seperti dalam film porno tersebut. Untuk itulah, perlu hati-hati dengan yang namanya berangan-angan sebab bisa menaikkan porsi nafsu dan ego yang akhirnya berani berbuat nista, nekad, bangga berbuat maksiat, dalam hal lain yang sangat buruk.

Saran
Harus tau dulu terlebih dahulu dampak-dampak film yang ditontonnya, dengan ketelitian pasti dampak negatif film bisa diatasi. Jika masih bingung, terhadap dampak sebuah film silahkan tanyakan kepada Psikolog atau Psikiater, atau boleh sharing dengan  penulis. Banyak-banyaklah bertanya agar dampak buruk film tidak terlalu mempengaruhi.

Sebelum menonton baca-bacalah tentang Review atau Resensi Film, agar kita tau betul arah ceritanya seperti apa, sehingga bisa menentukan apa film tersebut perlu ditonton atau tidak jika iya dan bisa maka tontonlah.
Sebagai bahan Resensi Film dari situs-situs ini:

         http://downloadfilem.com
         http://indosubtitle.com
         http://subtitlesbox.com
         http://mysubtitles.org
         http://opensubtitles.org/id
         http://subscene.com
         http://alfamovie.com
         http://movieku.tk
         http://duniaboxofffice.com


Semoga artikel ini memberi manfaat lebih terhadap pembaca.


Indonesia Termasuk Lima Negara dengan Jumlah Anak Pendek Terbanyak di Dunia

Kompas - Indonesia termasuk lima negara yang memiliki jumlah anak pendek terbanyak di dunia. Empat negara lain diantaranya adalah China, India, Pakistan, dan Banglades.


Hal itu dikemukakan Soekirman, Guru Besar Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor, di sela-sela acara Kongres Nutrisi Asia XI yang didukung oleh Danone, Kamis (14/3) di Singapura.

”Sebanyak 38,6 persen dari total anak balita di Indonesia memiliki tinggi badan tidak sesuai umur,” kata Soekirman yang juga Ketua Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI). Artinya, sekitar empat dari 10 anak mengalami kekerdilan akibat kekurangan gizi, terutama zat besi.

Kekurangan gizi berdampak dalam kecerdasan anak. Kurangnya kecerdasan membuat anak tidak mampu meraih pendidikan tinggi sehingga produktivitas tidak maksimal. Penelitian tentang dampak kekerdilan, kecerdasan, dan produktivitas telah dilakukan di negara-negara Amerika Latin.

Untuk mengatasi persoalan kekurangan gizi itu, Indonesia melakukan program fortifikasi (penambahan) zat besi dan asam folat pada tepung terigu. Indonesia melalui KFI juga tengah mengkaji fortifikasi zat besi dan asam folat pada beras murah.

Kegemukan
Selain harus berjuang keras mengatasi masalah kurang gizi, Indonesia dan negara berkembang lainnya di Asia kini menghadapi tantangan baru, yaitu kecenderungan obesitas (kegemukan) pada masyarakat miskin.

Dalam Kongres Nutrisi Asia terungkap bahwa ada gejala peningkatan angka kegemukan pada masyarakat miskin di negara- negara berkembang. Menurut Berry Popkin, guru besar gizi dari Universitas North Carolina Amerika Serikat, saat ini di negara- negara berkembang, terutama di China, Brasil, India, juga Indonesia, terjadi transisi dari kurus ke kegemukan dan munculnya penyakit degeneratif.

Ia memprediksi pada negara yang rata-rata penduduknya berpenghasilan 2.500 dollar AS per tahun per orang terjadi kegemukan akibat perubahan pola konsumsi dan gaya hidup. Mereka yang mengalami kegemukan lebih banyak masyarakat miskin.

”Karena ingin bergaya hidup modern, mereka mulai mengonsumsi minuman atau makanan enak yang manis dan berlemak,” kata Soekirman. Perubahan pola konsumsi terjadi karena teknologi pangan kini bisa memproduksi makanan enak dan murah. Gencarnya iklan produk makanan dan minuman di televisi ikut mendorong perubahan pola konsumsi masyarakat miskin.

Pada kelompok masyarakat berpenghasilan lebih tinggi, jumlah kegemukan lebih sedikit karena kesadaran akan kesehatan semakin meningkat.

Prema Ramachandran dari Yayasan Nutrisi India mengatakan, data survei nutrisi di India menunjukkan, lima tahun terakhir mulai terjadi penurunan angka kekurangan gizi di India. Sebaliknya, dalam dua tahun terakhir terjadi kenaikan angka kegemukan di kalangan masyarakat miskin.

Selasa, 13 Maret 2012

@ little bout chess




If asked why I like chess, this is the explanation bout it.....

Permainan catur menurut Wikipedia pertama kali ditemukan di masyarakat Persia dan Arab. Kata "catur" itu sendiri berasal dari kata "chaturanga," yang dalam bahasa Sanskrit berarti "empat divisi ketentaraan."

Catur kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan pelbagai varian permainan sampai kemudian kita kenal seperti sekarang.

Permainan ini awalnya menyebar sampai ke Timur Jauh dan India dan menjadi salah satu pelajaran di keluarga kerajaan dan ningrat Persia. Pemuka agama Budha, pedagang yang lalu-lalang di Jalan Sutra mulai memperkenalkan papan catur untuk permainan ini.

Chaturanga masuk ke Eropa melalui Kejaraan Byzantine Persia, dan menyebar ke Kekaisaran Arab. Pemeluk agama Islam kemudian membawa catur ke Afrika Utara, Sisilia, dan Spanyol pada abad ke-10.

Permainan ini kemudian menjadi populer di Eropa. Dan, pada akhir abad 15, permainan ini lolos dari daftar permainan yang dilarang Gereja. Pada abad modern mulai lahir buku-buku referensi catur, kemudian penggunaan jam catur, serta sejumlah aturan permainan dan pemain-pemain hebat.

filosofi catur ternyata banyak sekali loh……dan bisa digunakan dalam kehidupan sehari2……bisa untuk filosofi kehidupan……..bisa diterapkan dalam bisnis……dan masih banyak lagi……
¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶


1. hal yang sangat sederhana misalnya, dalam catur jika sudah memegang buah sendiri, buah itu wajib atau harus dijalankan (selama masih mungkin), atau jika buah lawan yang dipegang, buah itu wajib dimakan atau dipukul (selama masih mungkin)…….filosofinya identik dengan jika kita sudah berucap, maka seharusnya dikerjakan selama hal itu masih mungkin dilakukan……..alias konsisten dengan kata-kata kita sendiri…………ya kan…….^^

2. “jangan pernah meremehkan orang meski orang tersebut kelihatan tidak berarti”……… ini ibarat pion, kelihatan biasa, tak berarti, sering dipandang sebelah mata, dan sering diremehkan perannya dalam permainan, akan tetapi jika kuat menghadapi cobaan hingga petak terakhir bisa promosi bidak berubah menjadi jauh lebih hebat seperti menteri, kuda, gajah, atau pun benteng……sama halnya dengan kehidupan kita, walaupun kita “kecil” tetapi jika berusaha dan kuat menghadapi cobaan yang ada hingga akhir, nanti kita bisa menjadi sesuatu yang “besar”…….

3. dalam catur posisi skak adalah posisi dimana kita terjepit untuk melangkah……..dalam kehidupan kita sering mengalami hal-hal yang membuat kita terjepit…..dihadapkan pada pilihan2 yang sama2 sulit, maka disinilah letak kejelian kita untuk menentukan sikap dalam masa2 sulit, satu sikap yang benar2 bagus…….sikap dan keputusan yang bijak dan bermanfaat untuk langkah selanjutnya, menentukan solusi jitu untuk keluar dari masa sulit dalam hidup ini ibarat permainan catur dalam posisi skak…….

4. strategi yang harus dilakukan ketika kita mengorbankan salah satu sisi “kekuatan” kita, harus sebanding atau bahkan melebihi hasil yang Anda dapatkan…….jangan sampai mengorbankan sesuatu, namun mendapatkan hasil yang lebih kecil dari apa yang kita korbankan…..sama halnya dengan kombinasi dalam catur…..berkorban demi mendapat keuntungan yang lebih besar, tentu saja dengan perhitungan yang matang, tidak asal berkorban……

5. dalam catur, hasil akhir yang dicapai adalah mengalahkan raja lawan. untuk itu tidak bisa dilakukan hanya dengan satu atau dua langkah. akan banyak sekali langkah langkah yang harus untuk mencapai kemenangan itu. bisa jadi untuk mendapatkan tujuan itu kita harus berani berkorban salah satu prajurit. intinya, tidak boleh hanya berfikir untuk hari ini saja. harus berfikir untuk masa depan yang mungkin masih jauh, karena apa yang kita lakukan pada hari ini akan sangat menentukan hasil yang kita dapatkan nantinya. (armen einsten)

6. dalam catur ada posisi yang namanya skakmat, dalam dunia nyata juga ada yang namanya skakmat, seperti sakit parah, usaha gulung tikar dan sebagainya. Sikap yang perlu diambil setelah mengalami skakmat adalah sikap pasrah tanpa berputus asa. Jika sakit parah maka pasrah kepada sang pencipta, sambil terus berusaha mencari kesembuhan. Jika bangkrut maka pasrah dan ikhlas dan mau belajar dari pengalaman masa lalu, tanpa putus asa hingga bisa bangkit kembali. (bram)

7. catur adalah satu kesatuan..dimana antara posisi yang satu dan lainnya memiliki ikatan yang kuat..sehingga di dalam hidup sehari hari kita butuh orang lain dalam melangsungkan hidup kita..tanpa orang lain kita tidak dapat hidup sendirian. (licosh casvarof)

8. Dalam permainan catur, tercermin kepribadian sang pemain. Jika permainan melulu bertahan dan pasif, mengindikasikan karakter pemain adalah orang yang tenang, cenderung mengikuti arus, nrimo, apa saja yang ada itulah yang diterima. Ada tipe pemain yang menyerang, penuh petualangan. Ini menunjukkan seorang berkepribadian yang dinamis, kreatif dan penuh perjuangan. Cuma ada perbedaan kecil pada tipe pemain seperti ini, ada yang sembrono, cepat bertindak tapi kurang perhitungan, sehingga resiko sangat besar untuk gagal. Sedangkan bagian yang lain, walaupun dinamis dan kreatif, tetapi tetap waspada dan menghitung langkah dengan seksama, ini yang lebih baik. Berani berkreasi dan aktif dalam membuat terobosan, tetapi juga berhati-hati dalam menguji inisiatif tersebut. 

Tidak hanya itu saja, setiap langkah yang dilakukan oleh pemain ternyata juga memiliki arti lho,antara lain :


“Jangan pernah meremehkan orang meski orang tersebut tak berarti"
ini ibarat pion,meski kdg cm dipandang sebelah mata & sering diremehkan perannya dalam permainan--tapi pada saatnya-- pion bisa berubah menjadi apa saja jika selamat melangkah dibatas akhir pertahanan lawan.
Permainan catur adalah permainan yang cukup rumit. Kerumitan ini meliputi beberapa hal. Pertama si pemain harus mengerti aturan gerak langkah masing-masing buah catur. Benteng gerakannya lurus. Luncur atau 'knight' gerakannya diagonal , Kuda gerakannya berbentuk hurul L, dst. Kedua, aturan permainan, misal bagaimana cara "makan, teknik skak dan skak mat". Saya yakin banyak yg sudah mahir bermain catur, namun taukah anda bahwa di permainan catur itu ada filosofi kehidupan?? dan inilah sebenernya yang ingin saya bahas disini.

Dalam catur sudah diatur bagimana pergerakan dari bidak-bidaknya, Dalam kehidupan…..setiap orang mempunyai peran dan cara hidup masing-masing yang terikat dalam aturan-aturan, baik yg dibuat Tuhan maupun oleh manusia sendiri. So….ikuti aturan dan pahami benar-benar apa peran yang sedang kita mainkan serta seyogyanya kita tahu apa yang seharusnya kita kerjakan.

Dalam catur kita sudah menentukan cara bermain….. bertahan atau menyerang. Dalam kehidupan, kita bisa melihat bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, ada yang bertahan dengan hidup yang ia jalani , ada yang berusaha dengan sekuat tenaga mengalahkan takdir hidup yang ia jalani. Mana yang lebih baik? semua tentu baik asal tujuannya bukan untuk menyerah tapi untuk menang.

Dalam catur posisi skak adalah posisi dimana kita terjepit untuk melangkah
, Dalam kehidupan kita sering mengalami hal-hal yang membuat kita terjepit, dihadapkan pada pilihan2 yang sama2 sulit, maka disinilah letak kejelian kita untuk menentukan sikap dalam masa2 sulit, satu sikap yang benar2 bagus. Sikap dan keputusan yang bijak dan bermanfaat untuk langkah selanjutnya, menentukan solusi jitu untuk keluar dari masa sulit dalam hidup ini ibarat permainan catur dalam posisi skak.

Dalam catur posisi skak matt adalah akhir dari permainan, Sang Raja mati langkah lalu biasanya dimulailah permainan baru dari awal, dengan semangat baru bagi yang menang dan bagi yang kalah adalah awal untuk menyusun strategi baru guna mengalahkan si lawan, begitupun dalam kehidupan, kadang kita dihadapkan pada takdir yang tidak kita inginkan, membuat kita mati langkah dan harus menerima kenyataan gagal/kalah dalam hidup ini. namun sepahit apapun takdir hidup kita, segeralah bangkit untuk menyusun permainan baru, dengan semangat baru dan strategi baru untuk mengalahkan! untuk menang!

"Filosofi hidup itu layaknya bermain catur, meski pada kenyatannya lebih rumit dan lebih kompleks aturannya dari sekedar permainan catur."


That's real life..... ^_^